Gula Batu, Pemanis Minuman di Pangsito

Pangsitomania, bagaimana kabar Anda hari ini? Semoga selalu berada dalam kondisi terbaik tentunya. Kali ini kami ingin memberitahukan bahwa Pangsito mulai mengalihkan penggunaan pemanis minumannya dari gula pasir menjadi gula batu.

Kenapa gula batu? Kami memiliki komitmen kuat untuk menyediakan sajian yang lebih sehat untuk Anda. Informasi seputar gula pasir dan gula batu kami sampaikan berikut ini. Tulisan tersebut lebih lengkapnya bisa dibaca di sini. Semoga bermanfaat.

Gula pasir, gula batu, dan gula merah adalah makanan yang manis dan disukai banyak orang. Walau pun sama-sama manis, tetapi ketiga jenis gula di atas dapat memberikan dampak yang berbeda untuk kesehatan tubuh dan organ pankreas kita. Gula merupakan zat karbohidrat yang merupakan makanan untuk elemen kedua, yaitu elemen Air. Organ tubuh pada elemen Air yang memproses gula menjadi energi adalah pankreas.

Ketika kita memakan makanan yang mengandung karbohidrat, karbohidrat akan diubah dahulu menjadi gula darah. Selanjutnya pankreas perlu menghasilkan insulin untuk mengubah gula darah menjadi energi. Saya akan menggunakan Indeks Lelah Pankreas atau tubuh untuk mengukur dampaknya. Sebagai referensi, pankreas dan tubuh akan merasa lelah bila Indeks Lelah bernilai +3 atau lebih besar. Indeks Lelah ini diukur dengan menggunakan metoda Energi 5 Elemen.

GULA PASIR
Gula pasir merupakan makanan yang paling sering digunakan dalam makanan dan minuman sehari-hari. Kopi dan teh rasanya pasti kurang nikmat tanpa gula. Demikian pula pada minuman ringan atau jus, pasti umumnya menggunakan gula pasir.

Tetapi ternyata gula pasir mempunyai dampak yang kurang baik bagi kesehatan pankreas dan tubuh. Gula pasir merupakan karbohidrat sederhana yang sulit dicerna dan diubah menjadi energi. Untuk mengubah gula pasir menjadi gula darah, tubuh hanya memerlukan waktu 3 menit. Tetapi untuk mengubah gula darah menjadi energi yang dapat disimpan dalam otot, pankreas memerlukan waktu kira-kira 140 menit. Selain itu, Indeks Lelah pankreas mencapai nilai +5. Nilai ini berlalu untuk 1/2 sendok gula atau 1 sendok gula.

Dengan demikian, mengolah gula pasir menjadi energi merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan bagi pankreas. Pankreas yang normal hanya mampu mengubah 1/2 sendok makan gula pasir menjadi energi setiap hari. Berat 1/2 sendok makan gula pasir kira-kira 5 gram. Bila kita mengkonsumsi lebih dari 1/2 sendok gula, maka sisanya akan menjadi gula darah dan lemak tubuh. Akibatnya adalah orang menjadi bertambah gemuk, dan lama-kelamaan akan menderita diabetes. Dengan demikian, gula pasir merupakan makanan yang tidak sehat.

GULA BATU
Bagi pankreas dan tubuh, gula batu mempunyai efek yang berbeda dengan gula pasir. Untuk mengkonversi gula batu menjadi gula darah, membutuhkan waktu yang sama, yaitu 3 menit. Untuk mengubah gula darah menjadi energi, juga dibutuhkan waktu 3 menit.

Indeks Lelah pankreas juga jauh lebih rendah, yaitu +0,0005! Ini berarti lebih rendah 10.000 x dari gula pasir! Pankreas hampir tidak merasa lelah mengkonversi gula batu menjadi energi. Ini berarti gula batu masih merupakan karbohidrat kompleks yang sehat. Dengan demikian, gula batu merupakan makanan yang jauh lebih sehat dari gula pasir. Pankreas yang normal mampu mengkonversi 6 sendok makan gula batu menjadi energi setiap hari atau kira-kira 60 gram.

GULA MERAH
Gula merah juga mempunyai efek yang berbeda dengan gula pasir. Untuk mengkonversi gula merah menjadi gula darah di dalam tubuh, dibutuhkan waktu yang relatif sama, yaitu 3 menit. Selanjutnya, untuk mengubah gula darah menjadi energi, juga dibutuhkan waktu yang singkat, yaitu 3 menit juga.

Indeks Lelah pankreas dalam menghasilkan insulin untuk mengubah gula darah menjadi energi +0,00005! Ternyata lebih rendah kira-kira 10 x dari gula batu! Ini berarti gula merah masih merupakan karbohidrat kompleks yang sehat. Dengan demikian, gula merah termasuk dalam makanan sehat. Pankreas mampu mengkonversi 9 sendok makan gula merah menjadi energi setiap hari atau kira-kira 90 gram.

INDEKS MANFAAT
Dengan menggunakan metoda Energi 5 Elemen diperoleh Indeks Manfaat terhadap pankreas dari ketiga jenis gula di atas. Gula pasir menghasilkan nilai negatif, baik bagi tubuh maupun bagi pankreas, yang berarti merugikan bagi kesehatan. Gula batu dan gula merah memberikan hasil positif bagi tubuh dan pankreas, yang berarti bermanfaat bagi kesehatan.
  • Gula pasir: Indeks Manfaat terhadap tubuh = -15, terhadap pankreas = -5.
  • Gula batu: Indeks Manfaat terhadap tubuh = +5, terhadap pankreas = +3.
  • Gula merah: Indeks Manfaat terhadap tubuh  = +5, terhadap pankreas = +3.
Agar pankreas tidak kelelahan dan tetap sehat, sebaiknya kita lebih banyak mengkonsumsi gula merah dan gula batu yang masih merupakan karbohidrat kompleks yang sehat. Dengan mengkonsumsi banyak gula pasir yang merupakan karbohidrat sederhana yang tidak sehat, pankreas akan cepat lelah dan akibatnya akan sakit dan selanjutnya rusak. Selain itu juga akan menyebabkan kegemukan dan diabetes. 

Selain itu, sebaiknya jangan mengkonsumsi gula secara berlebihan, sekalipun gula merah maupun gula batu, karena pankreas juga mempunyai batas kemampuan untuk mengkonversi gula menjadi energi.

Bahan Pengawet dalam Makanan Kita

Pangsitomania, bahan pengawet menjadi begitu penting sejalan dengan bertambahnya kebutuhan manusia. Di saat ritme hidup yang bergerak semakin cepat, membuat istilah "tidak ada waktu" tanpa sadar menggiring manusia untuk mengkonsumsi makanan instan dalam kemasan. Tentu makanan tersebut perlu didisain agar tidak lekas rusak karenanya pemakaian bahan pengawet menjadi sebuah keharusan. Lalu, apakah bahan pengawet itu aman untuk kita? Berikut kami sajikan tulisan ringan untuk Anda yang kami kutip dari salah satu media on line.

Bahaya bahan pengawet dalam makanan, termasuk dalam mie instan, mirip nikotin dalam rokok. Dampaknya baru terasa jika dikonsumsi terus menerus. 

Produk makanan yang segar lebih baik dikomsumsi daripada makanan yang telah mendapat tambahan bahan pengawet. Masalahnya, proses pendistribusian makanan tidak selamanya cepat. Untuk itu, penggunaan bahan tambahan makanan (BTM), baik untuk pengawet, pemanis, perasa, pewarna, dan penguat rasa, lazim diberikan dalam produk makanan yang beredar di pasaran.
Penggunaan bahan tambahan makanan untuk pengawetan dilakukan dengan menambahkan suatu bahan kimia tertentu dengan jumlah yang diketahui dan aman untuk dikonsumsi manusia. Jenis dan jumlah pengawet yang digunakan telah dikaji keamanannya.

Tujuan pengawetan makanan antara lain untuk mempertahankan konsistensi produk, meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi, mempertahankan kelezatan dan kesehatan makanan, dan menghambat pembusukan. Prinsipnya, menjamin mutu awal makanan agar tetap terjaga selama mungkin.

Dalam kasus mie instan beberapa waktu lalu, berdasar tes yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Taiwan, mie instan asal Indonesia memiliki 2 bahan pengawet yang tidak lolos dalam klasifikasi barang impor, yaitu bahan pengawet methyl parahydroxy benzoate pada kecap dan bahan pengawet benzoic acid.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menjelaskan, kandungan methyl parahydroxy benzoat atau disebut juga nipagin di kecap mie instan produk Indonesia sebesar 250 miligram per kilogram, sesuai dengan batas maksimal. Sedangkan Codex Alimentarius Commission (CAC) menetapkan batas penggunaan maksimal nipagin yang berfungsi menahan laju pertumbuhan mikroba yang membuat makanan cepat rusak adalah sebesar 1000 mg per kg produk.

Selain itu, berdasarkan ‘Database of Select Committee on Generally Recognize As Safe (GRAS) Substances Reviews’, diketahui bahwa tidak ada bukti bahaya penggunaan nipagin sebagai pengawet dalam pangan olahan selama digunakan sesuai standar dan tidak melebihi batas maksimal yang ditentukan. Dan menurut Codex, jumlah asupan nipagin dalam tubuh per hari (acceptable daily intake) adalah 10 miligram per kilogram berat badan. Jika berat badan seseorang 50 kilogram, konsumsi aman nipagin 500 mg per hari.

Bahan pengawet lain yang diperdebatkan Taiwan adalah penambahan benzoic acid pada bumbu mie tersebut. Adapun benzoic acid dipakai untuk bahan pengawet makanan, tetapi di Taiwan jenis pengawet ini dilarang dipakai dalam mie instan. Seperti halnya nipagin yang hanya boleh dipakai untuk bahan kosmetik. Bahan pengawet benzoic acid jika dikonsumsi berkepanjangan akan merusak kerja hati, lambung, muntah, dan mengakibatkan keracunan asidosis metabolik.

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor, Fransiska Rungkat mengatakan, prinsip kehatian-hatian yang diberlakukan Taiwan mengenai bahan pengawet cukup bagus. Sebab, mereka menerapkan kadar kandungan bahan pengawet yang jauh lebih ketat dibanding Indonesia. Termasuk produk mie, mengingat mie merupakan makanan sehari-hari penduduk Taiwan. Pada dasarnya, setiap bahan pengawet berisiko bagi tubuh manusia. Berdasarkan toksikologi atau ilmu yang mempelajari tentang racun, setiap bahan kimia yang tidak dibutuhkan dan tidak berguna bagi tubuh akan menyebabkan resistensi. Pengawet termasuk salah satu jenis bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.

“Walaupun pengawet tidak menyebabkan keracunan, tapi, kalau tidak dibutuhkan tubuh, maka sistem metabolisme akan bekerja lebih keras lagi untuk mengeluarkannya. Semakin susah bahan itu dikeluarkan, semakin keras kerja tubuh kita,” jelas Fransiska.

Bahan pengawet ini membuat tubuh kita lebih gampang alergi, menimbulkan sel kanker dan juga penyakit jantung. Bahaya bahan pengawet dalam makanan, termasuk dalam mie instan, mirip nikotin dalam rokok. Dampaknya baru terasa jika dikonsumsi terus menerus.

Untuk itu, masyarakat harus diberi pengertian yang cukup tentang bahaya mengomsumsi zat pengawet. “Konsumen harus cerdas, jangan asal ambil makanan tanpa membaca kandungan bahan makanan yang tertera pada label,” kata ahli Analisis dan Keamanan Pangan dari Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Rahmana Erman Kartasasmita . Lebih baik lagi jika konsumen mengutamakan konsumsi makanan segar daripada produk instan.

Demikian tulisan yang dapat kami sampaikan. Dengan begitu kita menjadi lebih memahami fungsi, manfaat dan mudharat dari pemakaian bahan pengawet dalam makanan. Bagaimana pun tubuh ini akan lebih sehat bila kita mengkonsumsi makanan atau minuman yang segar dan bergizi. Jadi, langkah Pangsito yang menyajikan mie ayam organik tanpa tambahan pengawet sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Segera tinggalkan makanan dan minuman konvensional dan mulailah pola makan yang lebih sehat.

Amankah MSG untuk Kita?

Pangsitomania, rasanya keberadaan monosodium glutamat sudah memiliki posisi strategis di dapur kita atau di warung makan mulai dari kelas bawah hingga yang mewah sekali pun. MSG tidak hanya menyusup di bumbu masak dalam makanan sehari-hari, tetapi juga hadir menyedapkan berbagai makanan ringan dalam kemasan. Amankah MSG untuk kita? Sebaiknya kita mengetahui persis baik buruk setiap makanan dan minuman yang akan kita konsumsi. Berikut tulisan singkat yang kami kutipkan untuk Anda. Semoga bermanfaat.

Sejak ditemukan di Jepang tahun 1909 oleh Ajinomoto Corp, monosodium glutamat (MSG) telah berkembang menjadi salah satu zat aditif makanan yang paling populer di seluruh dunia. Selain MSG, ada penyedap rasa lain yang digunakan oleh industri makanan seperti disodium inosinat (IMP) dan disodium guanilat (GMP). Namun MSG-lah yang paling disukai orang karena kemurahan dan keefektifannya dalam menguatkan rasa.

MSG digunakan di seluruh dunia pada hampir semua jenis sayuran, kaldu dan lauk-pauk. MSG juga hadir dalam berbagai makanan olahan seperti daging kalengan dan daging olahan beku, saus tomat, mayones, kecap, sosis, makanan ringan, beberapa produk olahan keju, bumbu mie instan, dll. Penggunaan MSG kadang-kadang “tersembunyi” di balik label makanan dengan nama yang berbeda. Jika Anda melihat “penyedap rasa alami”, “protein hidrolisat” dan “rempah-rempah” dalam label makanan Anda, bukan berarti di dalamnya tidak ada MSG.

Aman menurut Badan Pengawas Makanan
MSG adalah bubuk putih yang cepat larut dalam air atau air liur. Setelah larut, MSG terurai menjadi natrium dan glutamat. Glutamat adalah asam amino nonesensial yang ditemukan di hampir semua protein. Di Amerika Serikat, MSG termasuk dalam daftar bahan makanan yang aman menurut Food and Drug Administration. Komite Ilmiah Uni Eropa juga menilai MSG sebagai zat makanan yang aman. Di Jepang, MSG adalah zat aditif makanan yang boleh digunakan tanpa pembatasan. Di Indonesia sendiri, MSG termasuk bahan makanan yang dianggap aman oleh BPOM.

“Micin atau penyedap rasa, atau MSG, aman dikonsumsi masyarakat. Asosiasi pangan dunia juga telah menguji kalau efek negatif yang selama ini digembar-gemborkan ke masyarakat tentang penggunaan micin tidak terbukti,” kata Kepala BPOM Pusat, Husniah Rubiana Thamrin, dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (25/5/2009).

Tidak Aman Menurut Russell Blaylock
Namun, menurut Russell Blaylock, penulis buku Excitotoxins – The Taste That Kills, MSG adalah excitotoxin yaitu zat kimia yang merangsang dan dapat mematikan sel-sel otak. Blaylock menyatakan bahwa MSG dapat memperburuk gangguan saraf degeneratif seperti alzheimer, penyakit Parkinson, autisme serta ADD (attention deficit disorder).

MSG juga meningkatkan risiko dan kecepatan pertumbuhan sel-sel kanker. Ketika konsumsi glutamat ditingkatkan, kanker tumbuh dengan cepat, dan kemudian ketika glutamat diblokir, secara dramatis pertumbuhan kanker melambat. Para peneliti telah melakukan beberapa eksperimen di mana mereka menggunakan pemblokir glutamat  yang dikombinasi dengan pengobatan konvensional, seperti kemoterapi, dan hasilnya sangat baik. Pemblokiran glutamat secara signifikan meningkatkan efektivitas obat-obat anti kanker.

Berikut adalah beberapa efek samping dan gangguan spesifik yang berhubungan dengan MSG menurut Blaylock :
  • Kejang
  • Mual
  • Alergi
  • Ruam
  • Serangan asma
  • Sakit kepala
  • Mulut terasa kering
  • Hilang ingatan
Reaksi terhadap MSG dapat terjadi kapan saja, dari mulai segera setelah mengkonsumsi MSG sampai beberapa hari kemudian. Anak-anak lebih rentan terhadap efek negatifnya dibandingkan orang dewasa.

Bagaimana Sebaiknya?
Kita sebaiknya menghindari  atau membatasi penggunaan MSG dalam makanan kita. Makanlah makanan dalam bentuknya yang paling alami. Bagaimanapun, tubuh kita tidak diciptakan untuk menyerap dan memanfaatkan zat sintetis buatan manusia. Tubuh kita diciptakan untuk mencerna makanan buatan alam.

Kalau sudah begitu, lalu apa yang harus kita lakukan? Mulailah beralih ke menu makanan sehat. Pilih bahan makanan yang lebih alami. Bila Anda ingin berwisata kuliner pastkan bahwa makanan yang Anda konsumsi tidak mengandung MSG berlebh atau malah tanpa MSG sama sekali seperti mie ayam organik ala Pangsito misalnya.

Makanan dan Perilaku


Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya faktor genetika, akses ke layanan kesehatan, lingkungan juga faktor perilaku.

Faktor genetika adalah faktor bawaan, agak sulit untuk diintervensi. Hal yang mungkin untuk diintervensi adalah aspek perilaku. Perilaku sangat mempengaruhi banyak hal. Banyak penyakit yang disebabkan oleh perilaku hidup yang kurang sehat.

Perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang, latar belakang, keyakinan juga kebudayaan. Perilaku juga dipengaruhi oleh daya beli atau kemampuan ekonomi seseorang serta orang-orang yang diteladani.

Perilaku merokok misalnya. Merokok adalah salah datu penyebab timbulnya penyakit paru-paru, salah satu pencetus penyakit jantung koroner, penelitian tentang itu sudah sering dipublikasikan. Merokok adalah salah satu perilaku tidak sehat.

Penyakit demam berdarah memang disebabkan oleh infeksi virus, dengan media nyamuk Aedes aegepty. Tetapi penyebaran penyakit tersebut ternyata akibat perilaku manusia yang tidak sehat. Lingkungan yang kotor sangat disukai nyamuk penyebar demam berdarah, sehingga penyebaran penyakit ini relatif cepat. Lingkungan yang telah dirusak oleh manusia juga mengubah banyak hal. Dulu nyamuk tidak ditemukan di daerah Puncak Cisarua, tetapi kini demam berdarah menjadi problem masyarakat di sana.

Lalu, seperti apa perilaku yang sehat itu? Perilaku sehat itu adalah perilaku yang membuat manusia lebih bugar dan produktif. Misal, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan ternyata mampu menekan munculnya penyakit diare. Olah raga yang teratur dan rutin nyatanya membuat yang bersangkutan dapat beraktivitas dengan prima.

Perilaku sehat yang sering dilupakan orang adalah pola makan yang sehat dan teratur. Dulu, obesitas diidap oleh kaum berpunya di Eropa, karena pola makan yang tidak sehat. Kini orang miskin pun kena obesitas karena pola makan yang salah.

Pola makan yang sehat sesungguhnya tidak mahal. Seorang chef mengatakan bahwa you are what you eat. Perlu informasi yang benar dan exposure yang luas dan konsisten supaya masyarakat memahami pola makan yang sehat.

Masyarakat modern cenderung tidak punya waktu cukup untuk menyiapkan bahan makanan juga makanan sehat yang segar. Mereka cenderung mengkonsumsi yang serba instan, makanan yang mengandung bahan pengawet, pewarna, pengenyal, pengharum, penyedap seperti MSG, perenyah yang semuanya dibuat dari bahan sintetis.

Kini kesadaran masyarakat kelas menengah mulai tumbuh, industri tanaman organik juga seperti kebanjiran peluang. Cara masyarakat mencari pengobatan juga mulai bergeser. Mereka mulai melirik makanan dan minuman yang lebih alami. Mereka mengkonsumsi obat herbal yang dianggap lebih aman.

Bagi kami tren ini adalah peluang emas yang harus direspon dengan cepat. Masyarakat sepertinya haus dan lapar akan makanan dan minuman yang lebih sehat. Karena itu Pangsito menghadirkan mie ayam organik. Mie memang sudah lama dikenal dan dikonsumsi, tetapi mie yang dipadu dengan ayam organik juga pewarna dari sayuran organik adalah hal baru. 

Dari kedua outlet yang kami buka selama satu tahun ini, terlihat animo masyarakat yang terus meningkat. Tidak hanya konsumen ritel tetapi permintaaan untuk bermitra membuka kedai pun meningkat. Kalau ada yang mie ayam yang lebih sehat, kenapa harus mengkonsumsi mie ayam biasa?

Mie Ayam Organik


Pangsito adalah merek yang telah didaftarkan. Pangsito berasal dari kata “pangsit”. Hampir semua orang mengenalnya. Konsepnya adalah bagaimana menyajikan makanan yang relatif lebih sehat tanpa tambahan bahan kimia dengan cita rasa yang dapat diterima oleh lidah pelanggan.
Produk yang ditawarkan adalah mie ayam organik. Mie dibuat sendiri tanpa tambahan air abu atau soda ash sehingga tidak membahayakan pencernaan. Pangsito menggunakan ayam organik, DOC ayam negeri yang dipelihara tanpa suntikan antibiotika dan hormon yang dikenal juga dengan sebutan ayam probiotik. Masa pemeliharaan ayam juga relatif lebih lama dibandingkan dengan pemeliharaan ayam negeri pada umumnya. Sehingga diperoleh daging sekualitas ayam kampung yang dipelihara secara tradisional. Pangsito mendapatkan ayam organik dari salah satu pemasok yang telah mengantongi label halal. Pangsito juga memproduksi bakso secara khusus untuk memastikan bahwa bahan-bahan yang digunakan halal, tanpa MSG sehingga lebih aman bagi tubuh, Pangsito itu lebih sehat, lebih enak.

Kenapa Harus Pangsito?
Mie merupakan produk yang sudah dikenal secara luas di negeri ini. Bahkan mie sudah menjadi makanan alternatif setelah nasi, naiknya harga terigu misalnya, ikut menyumbang naiknya inflasi. Jadi mie adalah produk yang sudah dikenal sehingga merupakan sebuah produk yang mudah untuk dijual.

Pengolahan untuk menyajikan semangkok mie terbilang sederhana, tidak perlu waktu yang lama untuk mempelajarinya, hal itu pun bisa dilakukan oleh hampir semua orang.

Ide Pangsito muncul untuk menjawab kebutuhan pelanggan akan makanan sehat seiring dengan pemahaman masyarakat mengenai kesehatan yang terus meningkat. Pangsito hadir untuk menjadi alternatif bagi keluarga Indonesia.